Kamis, 25 Juni 2009

Politikus Perlu Belajar dari Pak Natsir

Oleh Muhammad Rajab

dimuat di Harian Suara Karya Jumat, 26 Juni 2009

Kondisi politik Indonesia saat ini makin panas. Perang partai politik (parpol) pra dan pascapemilu legislatif April lalu masih terasa hingga saat ini. Gesekan-gesekan antarparpol makin keras. Bahkan tidak jarang ditemukan politikus yang membawa masalah partai atau golongan ke dalam masalah personal seperti saling membenci dan menjatuhkan satu sama lain.
Apalagi saat ini Indonesia sedang diramaikan dengan masalah kampanye calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) sehingga menjadikan kondisi politik makin hari makin memanas. Ibarat bensin yang disiramkan ke api yang menyala sehingga tidak jarang terjadi permusuhan di antara para polikus, padahal semula adalah sahabat. Kondisi demikian bertambah panas ketika antara satu capres dan capres lainnya saling mengkritik.
Kritik sebenarnya adalah sesuatu yang positif dan sangat berarti untuk introspeksi diri. Kritik juga berguna untuk meningkatkan kinerja ataupun prestasi. Orang yang berpikiran positif dan punya semangat untuk belajar menjadi lebih baik dan meningkatkan kualitas diri tentunya akan sangat menghargai kritik. Sebaliknya, seseorang yang menganggap dirinya yang paling baik dan sempurna akan alergi terhadap kritik.
Akan tetapi, yang sekarang terlihat dari para politikus kita adalah kritik diarahkan bukan lagi untuk membangun, melainkan lebih pada menjatuhkan dan menyalahkan orang lain. Hal ini tentunya akan memicu terjadinya konflik, dari konflik batin (mental) bahkan bisa sampai pada konflik fisik. Tindakan semacam ini sungguh tidak beretika.
Coba kita melihat pada tradisi Natsir dalam berpolitik. Sebagai pemikir Islam, dia juga telah terjun ke dalam dunia politik dengan etika yang indah, dewasa, dan tanpa dendam. Dia termasuk salah seorang yang berperan penting dalam Masyumi yang saat itu mendapatkan perlakuan diskriminatif dari penguasa, baik pada masa Orde Lama maupun Orde Baru.
Muhammad Natsir sebagai Ketua Masyumi sungguh mempunyai etika berpolitik yang perlu dijadikan sebagai panutan. Pak Natsir biasa berdebat dengan Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) Aidit. Ideologi keduanya berlawanan. Setelah bersitegang mempertahankan prinsip, keduanya minum teh bersama. Dalam tulisan Nasir, Hamka dan Etika Berpolitik, Asro Kamal Rokan mengutip pernyataan Natsir dari sebuah majalah, "Sebagai tokoh Masyumi, saya biasa minum teh bersama tokoh-tokoh PKI. Kami memusatkan diri kepada masalah, bukan kepada person," kata Pak Natsir kepada Editor, 23 Juli 1988. (Republika, 6/5).
Pak Natsir akhirnya terbebaskan dari rezim Soekarno. Namun, ia tetap tidak mendapatkan kebebasan dalam mengembangkan partai yang dipimpinnya (Masyumi). Bahkan ulama dan cendekiawan santun tersebut dicekal Soeharto. Meski begitu, Pak Natsir tetap membantu Soeharto memulihkan hubungan dengan Malaysia lewat suratnya kepada Perdana Menteri (PM) Malaysia, Tengku Abdurrahman.
Ketika pemerintah Soeharto menghadapi kesulitan mendapatkan modal dari Jepang, Pak Natsir menulis surat kepada sahabatnya, Takeo Fukuda, Perdana Menteri Jepang saat itu. Atas saran Pak Natsir, Fukuda bersedia membantu Indonesia. Dalam suratnya Fukuda menuliskan bahwa yang meyakinkan dia tentang masa depan Indonesia adalah Pak Natsir.
Jika para politikus Indonesia saat ini mencontoh Pak Natsir dalam berpolitik, sungguh keindahan politik Indonesia akan mendapat apresiasi yang luar biasa baik dari rakyat maupun orang asing. Indonesia akan penuh dengan kedamaian dan ketenteraman. Para petinggi negara tidak akan saling menyalahkan. Mereka saling menghormati, bersikap dewasa, tidak saling menjatuhkan dan menyalahkan.
Hal inilah yang juga akan mengantarkan bangsa Indonesia bisa mencapai salah satu cita-cita bangsa, yaitu persatuan Indonesia. Sebab, persatuan merupakan tuntutan utama untuk membangun bangsa. Tanpa persatuan, negara Indonesia akan guncang dan tak akan bisa mempertahankan eksistensinya. Bayangkan saja, Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, ras, etnis, budaya, pulau, bahkan agama. Kondisi ini kalau tidak didasari dengan rasa persatuan, Indonesia akan hancur terpecah belah.
Apalagi saat ini Indonesia mengalami banyak masalah, mulai masalah pendidikan, ekonomi, ekologi hingga masalah kekuasaan dengan Malaysia. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut diperlukan ketenangan dan kerja keras serta persatuan. Bagaimana bisa kalau para politikus kita terjebak dalam perbedaan politik (saling bermusuhan).
Oleh karena itu, di tengah kondisi politik Indonesia yang karut-marut ini, para politikus dituntut untuk lebih profesional. Artinya, kita boleh berbeda dalam partai atau politik, namun perkara tersebut jangan sampai dibawa ke ranah individu. Dalam arti yang lebih spesifik lagi, perbedaan politik jangan sampai menyebabkan perpecahan dan permusuhan antarindividu, khususnya bagi praktisi politik.
Tak dapat dimungkiri seandainya perbedaan dalam politik dibawa ke ranah individu, akan terjadi perpecahan yang nantinya akan membawa bangsa pada kebobrokan yang berkelanjutan serta kondisi politik yang terus-menerus menjadi momok yang dapat menghancurkan bangsa.
Sekarang, kalau kita melihat kampanye para capres dan cawapres, ini tentunya akan membuka peluang terjadinya gontok-gontokan antarpendukung masing-masing pasangan tersebut, atau bahkan antarcapres dan cawapres sendiri. Sebagai antisipasi agar tidak terjadi demikian, hendaknya melihat sejarah Natsir bagaimana dia berpolitik dan menghadapi perbedaan dalam politik. Jika politikus kita dan para pendukungnya seperti Pak Natsir, tak akan ada "pertengkaran" antarparpol. Artinya, permasalahan politik jangan sampai dibawa ke dalam urusan pribadi yang nantinya akan dapat memecah belah persatuan dan kesatuan Indonesia.***
Penulis adalah peneliti di Bestari Unmuh Malang, Jawa Timur

Minggu, 03 Mei 2009

MENETRALISIR PENDIDIKAN DARI POLITIK

Oleh: Muhammad Rajab*

Secara umum tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan bangsa. Baik dari segi moral maupun intelektualnya. Hal ini telah lama dirumuskan dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 yaitu, bahwa tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Melihat tujuan pendidikan tersebut sungguh pendidikan merupakan tindakan mulia yang pernah ada dalam kehidupan manusia. Dan apabila tujuan pendidikan sebagaimana yang telah dirumuskan oleh undang-undang tersebut ditempatkan dalam tatanan yang lebih luas maka bisa dikatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk memperbaiki peradaban manusia.

Daoed Joesoef mengatakan bahwa pendidikan merupakan alat yang menentukan sekali untuk mencapai kemajuan dalam segala bidang penghidupan, dalam meilih dan membina hidup yang baik yang sesuai dengan martabat manusia.

Dan hal itu telah dibuktikan oleh sejarah. Misalnya dalam perjalanan sejarah Arab pra-Islam terdapat suatu masa yang disebut dengan masa jahiliyah (zaman kebodohan). Yang pada saat itu nilai-nilai kemanusiaan sangat rendah sekali. Yang kaya memperbudak yang miskin, yang kuat menindas yang lemah, Kekerasan terjadi di mana-mana, perempuan tidak dihargai dan ditempatkan pada derajat yang sangat rendah. Bahkan dalam tradisi Arab sebelum datangnya Islam bayi perempuan yang lahir langsung dikubur hidup-hidup.

Dalam kondisi Arab yang demikian diutuslah seorang rasul yang bernama Muhammad untuk menyerukan kebenaran dan perdamaian di tengah-tengah masyarakat yang kondisinya morat-marit dan berperadaban rendah. Dalam hal ini Nabi melakukan dakwah yang mana pendidikan merupakan salah satu bagian dari padanya.

Bagaimana Nabi Muhammad mendidik setiap individu mulai dari keluarganya kemudian dilanjutkan kepada masyarakatnya. Yang kemudian bias mengantarkan mereka ke dalam manusia dan masyarkat yang berperadaban tinggi. Yaitu masyarakat yang cinta kedamaian serta menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas dan humanitas. Sehingga atas dasar itu Muhammad dicatat dalam urutan nomor satu oleh Michael H. Hart sebagai tokoh yang paling berpengaruh di dunia.

Namun realitas yang terjadi saat ini sungguh mengkhawatirkan. Tujuan mulia pendidikan sudah berbalik menjadi tujuan-tujuan politis yang sifatnya hanya sementara. Tujuan pendidikan tidak lagi seutuhnya ditujukan untuk memperkuat dan memperbaiki moral bangsa serta menciptakan manusia yang beriman.

Apalagi pada musim kampanye pemilu legislatif bulan April kemarin. Pendidikan menjadi alat permainan para politikus. Mulai dari janji-janji untuk menggratiskan pendidikan. Toh, sebenarnya menggratiskan pendidikan merupakan program pemerintah bukan untuk dikampanyekan.

Maka tidak salah apa yang dikatakan oleh William Godwin, bahwa menempatkan pendidikan di tangan agen-agen pemerintah akan membuka kesempatan bagi mereka untuk memanfaatkan pendidikan demi memperkuat kekuasaan mereka. Dia juga mengatakan dalam tulisannya Enquiry Concerning Political Justice and It's Influence on Moral and Happiness, pandangan-pandangan mereka sebagai para pelembaga pendidikan takkan jauh dari pandangan-pandangan dalam kapasitas politis mereka.

Tidak jauh berbeda dengan Godwin, Fransico Ferrer juga mengemukan sebuah gagasan, Pemerintah-pemerintah itu tahu, lebih tahu disbanding pihak-pihak lain, bahwa kekuasaan mereka sepenuhnya hampir didasarkan pada pendidikan. Artinya apa?. Bahwa ternyata pendidikan memang sangat sensitif untuk dijadikan sebagai sarana pengembangan politik atau kekuasaan.

Yang ditakutkan adalah pendidikan sekarang dijadikan sebagai alat strategis bagi politikus untuk mendukung partai politiknya. Jika hal ini terjadi kemungkinan besar pendidikan di Indonesia semakin hari akan mengalami dekadensi yang luar biasa utamanya dalam pembentukan moral bangsa.

Apalagi pendidikan di Indonesia saat ini sudah benar-benar berada dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Misalkan saja pada tahun 2003, mutu pendidikan Negara kita menurut penelitian Human Development Index (HDI), pendidikan Indonesia mencapai urutan ke-112 dari 175 negara. Kemudian sedikit naik pada tahun 2005 pada urutan ke-107 dari 177 negara.

Kondisi demikian tentu dapat membuka mata kita bersama untuk lebih meningkatkan kinerja kita dalam perbaikan pendidikan Indonesia ke depan. Tak mungkin kita tinggal diam dan terus berpangku tangan jika memnginginkan sebuah perubahan.

Oleh karena itu, perlu diadakan usaha-usaha perbaikan pendidikan, sebab pendidikan merupakan tampuk pengembangan kualitas bangsa Indonesia. Jika pendidikannya rusak maka bisa dipastikan peradaban juga akan ikut ambruk. Siapa yang mau berada dalam keterpurukan secara terus menerus?.

Sebagai langkah awal untuk memperbaiki keadaan demikian adalah netralisasi pendidikan dari tujuan-tujuan politis yang sifatnya hanya menguntungkan satu pihak saja. Tujuan utama pendidikan untuk mencerdaskan bangsa dan memperbaiki moral harus tetap dijunjung tinggi dan dijadikan sebagai arah dari perjuangan dan pengembangan pendidikan di Indonesia.

Jangan sampai kepentingan-kepentingan politik disuntikkan ke dalam pendidikan itu sendiri. Sebab hal ini akan menjadi racun yang dapat merusak dan mengkaburkan tujuan pendidikan yang sebenarnya. Salah dalam menentukan tujuan juga akan dapat berpengaruh terhadap langkah dalam perjalanan dan proses pendidikan tersebut.

*Penulis adalah,

Jurnalis Kampus BESTARI Unmuh Malang

Minggu, 19 April 2009

Upaya pencegahan cyber bullying

Oleh: arif sugianto [*]

Dewasa ini kehadiran era komunikasi dan globalisasi semakin canggih, kejadian apa pun yang terjadi di belahan bumi lain bisa disaksikan pada saat itu juga meskipun dengan ruang dan waktu yang berbeda. Maka wajar globalisasi teknologi , dan informasi komputer telah mempersempit wilayah dunia dan memperpendek jarak komunikasi, disamping memperpadat mobiliasasi orang dan barang. Hasrat untuk berkomunikasi , sharing informasi dan pengetahuan secara bebas mendorong masyarakat global menciptakan teknologi komunikasi yang berbentuk jaringan internet. Teknologi internet mampu memberikan manfaat dalam beberapa aspek dan mampu memukau sebagian penggunanya tapi disisi lain mengandung sejumlah ekses negatif baik dari kalangan dewasa hingga anak-anak.

Ekses negatif internet dewasa ini sudah memasuki ranah yang menakutkan terutama pada anak, karena anak-anak sering menjadi korban bisnis kotor yang amat marak di internet. Mereka dengan mudah menyaksikan situs-situs porno yang menyajikan seks-seks normal maupun abnormal, meskipun situs-situs tersebut konon telah diblokir tetapi kenyataanya sampai saat ini situs-situs tersebut masih bisa leluasa diakses. Dan lebih parah lagi kekerasan dunia maya (cyiber bullying) yang terjadi pada anak dilakukan oleh orang dewasa, seperti kasus yang terjadi waktu lalu yang sempat diberitakan koran tercinta ini Surya sabtu (21/3), yaitu seorang siswa dicabuli di dalam bilik warnet.

Melihat fenomena tersebut tentang aspek negatif tayangan internet, tentu kita terutama para orang tua sangat utopis dan pesimis terhadap kehadiran media ini. Tetapi kita juga harus bersikap optimis karena hal positif dari media internet dapat diperhitungkan eksistensinya, seperti: 1) menambah wawasan dalam berfikir, 2)menjadi sarana komunikasi yang sangat efektif dan efisien dengan dunia luar, 3) internet mampu meningkatkan kemampuan bahasa, karena internet bersifat global dan bahasa yang digunakan bermacam-macam mulai dari bahasa Inggris hingga bahasa daerah, dan 4)internet juga dapat dijadikan sarana pendidikan masa depan.

Maka mengingat dampak yang ditimbulkan dari internet baik itu positif maupun negatif sebagaimana yang diungkapkan oleh Dimitri Mahayana (1999:17) peran orang tua sangat penting dan harus bertindak secara arif bijaksana. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan orangtua untuk mengarahkan anak-anaknya dan sekaligus agar tidak terjadi kekerasan dunia maya (cyber bullying), Pertama, kedua orang tua harus menamankan dan membentuk kepribadian anak, mengingat perkembangan dan pembentukan kepribadian anak tidak terjadi begitu saja melainkan perpaduan (interaksi) antara faktor-faktor konstitusi biologis, psiko-edukatif, psikososial dan spiritual. Oleh karena itu peran orang tua sangat penting dalam hal ini, menurut Harun Nasution bahwa tugas orang tua yang paling penting adalah mendidik anak baik fisik maupun spirit dan mentalnya, maka pada akhirnya, orang tua dalam melindungi anak-anaknya yang terlibat langsung dengan derasnya kemajuan teknologi khususnya informasi yang dikirim melalui jaringan internet agar melibatkan diri secara penuh dalam membimbing anak-anaknya terutama yang sedang berkelana di jaringan internet. Kedua, dengan berbicara jujur dan sebebas mungkin dengan anak sebelum menjelajahi jaringan internet. Orang tua harus waspada dengan siapa anak-anak berurusan di jaringan internet. Nama anonim/ nama kombinasi adalah upaya keamanan yang baik bagi siapa pun di keluarga. Salah satu kunci utama dalam berselancar di jaringan internet adalah pengetahuan dan komunikasi antara anak dan orang tua serta saling mengerti perhatian masing-masing, maka semakin bermanfaatlah kehadiran internet di dunia maya ini.

Jadi, dari paparan diatas walaupun kehadiran era komunikasi dan globalisasi semakin canggih, kita dan khususnya orang tua tidak perlu risau menyaksikan teknologi informasi masa apa pun yang berkembang di Indonesia kini dan yang akan datang. Karena hal yang amat terpenting yang perlu diingat adalah bahwa media masa adalah pembebasan manusia dari dunia keterasingan. Oleh karena itu dengan kehadiran media masa (internet), tentu kita tidak ambil sisi negatifnya, akat tetapi manfaatkan sisi positifnya.

*Penulis adalah,

Ketua Penagroup LITBANG FORSIFA



[*][*] Aktifis PenaGroup dan Mahasiswa Universitas Muhammaduyah Malang

Rabu, 15 April 2009

"Ketika Cinta Hanya untuk menyakiti"

Puisi ini tuk sahabat-sahabatku seperjuangan..!

Belaian Emas Mentari Menghiasi Dunia

Di ufuk timur kala fajar

Mengundang hasrat tuk Membuka Mata

Melihat jiwa dan cinta yang sebenarnya

Cinta yang datang dari hati

Membuat kalbu nan melayang

Memikirkan satu makna

Makna "Cinta Hakiki"

Kalau cinta Hanya untuk menyakiti

Tak ada kata yang terungkap kecuali benci

Walaupun ucap berkata cinta

Semua itu fatamorgana Semata


Kepada Mahasiswa Indonesia

Mahasiswa Rubah Dunia

Ika Romika Mawaddati*

Beberapa calon mahasiswa sibuk mengikuti bimbingan belajar untuk tes seleksi penerimaan mahasiswa baru. Mereka berbondong-bondong menuju universitas pilihanya, untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Walaupun biaya masuk kuliah lebih mahal, tapi mereka tidak menyerah. Tetap semangat untuk bisa menunutut ilmu di universitas tersebut.

Semoga semangat mereka, benar-benar untuk menuntun ilmu, bukan hanya untuk, perubahan status menjadi mahasiswa. Betapa berat tanggung jawab yang harus dipikul oleh mahasiswa. Sering terjadi, semangat mahasiswa manjadi loyo setelah beberapa semester mereka belajar di universitas impian mereka, jarang diantara mereka yang ingat, betapa berat perjuangan ketika tes, pendaftaran dan perjuangan orang tua mencarikan biaya.

Mahasiswa hendaknya menyadari, di tangan merekalah perubahan bisa diwujudkan. Kalau sekarang kita lihat banyak terjadi krisis di negeri ini, merekalah yang nantinya mampu merubah keadaan menjadi lebih baik. Kita pasti ingat ketika presiden pertama Indonesia Sukarno berkata.“ Berikan aku sepuluh pemuda, aku akan rubah dunia dengan mereka”. Mengapa sukarno memilih pemuda? Bukan para pemimpin di waktu itu? Karena, pemuda memiliki keistimewaan dibanding lainya.

Mahasiswa mampu merubah dunia apabila rajin belajar, memiliki motivasi untuk menciptakan hal-hal baru demi kemudahan hidup manusia yaitu mahasiswa progresif yang berusaha menciptakan hal baru dan lebih baik dari sebelumnya.

Ketika pemuda memiliki prediket sebagai mahasiswa, hal tersebut merupakan kunci untuk merubah dunia. Sebab, sebagai mahasiswa bisa menggali ilmu sebanyak-banyaknya dari dosen yang memiliki ilmu sangat banyak. Menjadi mahasiswa memberi kesempatan mengikuti kegiatan-kegiatan kemahasiswaan, yang bermanfaant untuk membangun soft skiil bagi diri mahasiswa sendiri. Menjadi termotivasi untuk terus belajar. Sebab mau tidak mau akan mendapatkan tugas dari dosen, otomatis berusaha belajar untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Namun, apabila mahasiswa tidak menggunakan kesempatan sebaik-baiknya, maka tidak akan ada bedanya dengan mereka-mereka yang tidak kuliah. Semua fasilitas yang tersedia akan sia-sia belaka.

Mari kita rubah dunia menjadi lebih baik, dengan menjadi mahasiswa yang selalu belajar. Ingat mahasiswa adalah agent of change di tangan kalian urusan umat. Jika hari ini baik otomatis kalian mampu merubah keadaan menjadi lebih baik. Namun jika kalian hanya mejeng saja ke kampus, tidak ada gunanya menjadi mahasiswa.

Akhir kata, selamat para mahasiswa. Gunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Cari dan gali ilmu sebanyak-banyaknya. Seseorang akan mampu merubah menjadi lebih baik, jika memiliki kemampun yang lebih baik pula. Namun, jika tidak memiliki kemampuan, jangan harap mampu merubah sesuatu menjadi lebih baik. Setiap mahasiswa memiliki kesempatan, menjadi lebih baik, apabila memaksimalkan setiap kesempatan untuk terus belajar dan belajar. Selamat menjadi mahasiswa yang selalu semangat, demi merubah kehidupan umat yang lebih hebat.

*Aktivis Forum Studi Islam FAI UMM

Ayooo Nulis

Assalamualaikum Waraohmatullahi Wabarakaatuh
Teman-teman serluruh mahasiswa FAI UMM yang dirahmati Allah SWT
Ayoo tuangkan ide cemerlang kalian di pena group
Sumbang ilmu untuk maju
Melalui karyamu
Tulisanmu, penamu...
Jangan tunda-tunda
Dunia menunggu..ilmu muu kawan

Perlu di Baca

Perang Melawan PHK

Oleh: Ika Romika Mawaddati

(Ativis Forum Study Islam FAI Unmuh Malang)

Ika85_romik@yahoo.com

Akhir-akhir ini, PHK ibarat hantu yang sering berkeliaran baik petang maupun siang. Tak perduli tua, muda, perempuan, laki-laki, semua dihantui. Lebih-lebih bagi para buruh, pegawai, karyawan dan sejenisnya. Itu sebabnya, banyak orang resah, menjalani kehidupanya. Belum melihat sosoknya sudah puyeng . Hanya sekedar mendengar bahwa kantornya atau pabriknya mau mengadakan pengikisan tenaga kerja , sudah gelisah dan stres. Apalagi bersetuhan langsung dengan makhluk yang namanya PHK, Sampai-sampai rela mempercepat menuju alam kubur sebelum waktunya, supaya tidak bertemu dengan makhluk ersebut.

Sebagai manusia yang jelas-jelas merupakan makhluk termulia, tentunya harus lebih pintar dari makhluk lainya. Dalam artian, bisa mempertahankan hidupnya bagaimanapun keadaanya. Jangan sampai karena PHK, melupakan sisi kemanusiaan, saling menghancurkan satu sama lain hanya demi mempertahankan hidup. Rela melakukan berbagai macam cara untuk bertahan hidup. Walaupun harus mencuri, marampok, menjabret ataupun korupsi yang jelas-jelas merugikan, tidak cuma hanya seorang, bahkan sampai seluruh waraga negara dirugikan gara-gara satu orang yang korupsi. Untuk mempertahankan supaya perut tetap kenyang. Kita harus yakin, pasti menang melawan PHK.

Untuk melawanya, kita perlu usaha. Tanpa usaha tidak mungkin mampu. Usaha yang terpenting adalah keyakinan dan kesungguhan sereta tidak putus asa. Sebab tiada usaha yang dihargai dan tiada prestasi yang dilupakan. Selain usaha, juga perlu senjata. Ibarat tentara berperang, tanpa senjata tidak mungkin menang. Kini saatnya manusia melawan hantu yang bernama PHK. Itu berarti, bukanya menghindari, tetapi harus berani menghadapi.

Senjata yang penulis tawarkan adalah totalitas. Totalitas atau usaha dengan sepenuh hati. Untuk mendapatkan senjata tersebut tidaklah sulit, hanya butuh satu tekad yaitu kesungguhan. Maksudnya, dalam setiap gerak langkah, harus dipenuhi dengan kesungguhan untuk menjalankanya. Satu contoh kecil, kesungguhan dalam menuntun ilmu.

Sekarang, zamannya sekolah. Tidak ada yang tidak sekolah. Namun, tidak semua yang total dalam sekolah. Hanya sekolah tetapi malas belajar. Sehingga tak jarang menemui sarjana, tapi tak bisa apa-apa. Padahal, dengan totalitas, belajar sungguh-sungguh pasti setelah lulus benar-benar menjadi sarjana dengan segudang ilmu dan kemampuan. Dengan kemampuan yang benar-benar mampu tersebut, tentu akan mampu mempertahankan hidup.

Buruh pabrik yang pintar. Jika di PHK, bisa berganti menjadi wiraswasta. Misalkan memasak yang benar-benar bisa memasak. Sehingga, lahirlah bos catering sukses. Karyawan pintar yang di PHK. Bisa menulis novel, atau sejenisnya. Tentunya mampu mempertahankan hidup dengan karyanya. Pegawai cerdas yang di PHK, dapat berdagang dengan keahliannya. Tentunya tetap makan menjadi pedagang sukses. Dan masih banyak cara lainya.

Dalam berperang selain senjata, tentunya juga perlu kesabaran, dan ketahanan, untuk meraih kemenangan Jangan lelah dan menyerah sebelum mencapai kemenangan. Kita harus yakin dengan keistimewan yang kita miliki sebagai manusia. Dengan totalitas, pasti mampu melawan PHK. Saatnya Berperang melawan hantu PHK.


Nama : Ika Romika Mawaddati

Pendidikan: Jurusan Tarbiyah Fakultas Agama Islam Unmuh Malang

Alamat : Sidonganti Kraton Kencong Jember

Aktif sebagai anggota Forum Studi IslamFakultas Agama Islam