Kamis, 25 Juni 2009
Politikus Perlu Belajar dari Pak Natsir
dimuat di Harian Suara Karya Jumat, 26 Juni 2009
Kondisi politik Indonesia saat ini makin panas. Perang partai politik (parpol) pra dan pascapemilu legislatif April lalu masih terasa hingga saat ini. Gesekan-gesekan antarparpol makin keras. Bahkan tidak jarang ditemukan politikus yang membawa masalah partai atau golongan ke dalam masalah personal seperti saling membenci dan menjatuhkan satu sama lain.
Apalagi saat ini Indonesia sedang diramaikan dengan masalah kampanye calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) sehingga menjadikan kondisi politik makin hari makin memanas. Ibarat bensin yang disiramkan ke api yang menyala sehingga tidak jarang terjadi permusuhan di antara para polikus, padahal semula adalah sahabat. Kondisi demikian bertambah panas ketika antara satu capres dan capres lainnya saling mengkritik.
Kritik sebenarnya adalah sesuatu yang positif dan sangat berarti untuk introspeksi diri. Kritik juga berguna untuk meningkatkan kinerja ataupun prestasi. Orang yang berpikiran positif dan punya semangat untuk belajar menjadi lebih baik dan meningkatkan kualitas diri tentunya akan sangat menghargai kritik. Sebaliknya, seseorang yang menganggap dirinya yang paling baik dan sempurna akan alergi terhadap kritik.
Akan tetapi, yang sekarang terlihat dari para politikus kita adalah kritik diarahkan bukan lagi untuk membangun, melainkan lebih pada menjatuhkan dan menyalahkan orang lain. Hal ini tentunya akan memicu terjadinya konflik, dari konflik batin (mental) bahkan bisa sampai pada konflik fisik. Tindakan semacam ini sungguh tidak beretika.
Coba kita melihat pada tradisi Natsir dalam berpolitik. Sebagai pemikir Islam, dia juga telah terjun ke dalam dunia politik dengan etika yang indah, dewasa, dan tanpa dendam. Dia termasuk salah seorang yang berperan penting dalam Masyumi yang saat itu mendapatkan perlakuan diskriminatif dari penguasa, baik pada masa Orde Lama maupun Orde Baru.
Muhammad Natsir sebagai Ketua Masyumi sungguh mempunyai etika berpolitik yang perlu dijadikan sebagai panutan. Pak Natsir biasa berdebat dengan Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) Aidit. Ideologi keduanya berlawanan. Setelah bersitegang mempertahankan prinsip, keduanya minum teh bersama. Dalam tulisan Nasir, Hamka dan Etika Berpolitik, Asro Kamal Rokan mengutip pernyataan Natsir dari sebuah majalah, "Sebagai tokoh Masyumi, saya biasa minum teh bersama tokoh-tokoh PKI. Kami memusatkan diri kepada masalah, bukan kepada person," kata Pak Natsir kepada Editor, 23 Juli 1988. (Republika, 6/5).
Pak Natsir akhirnya terbebaskan dari rezim Soekarno. Namun, ia tetap tidak mendapatkan kebebasan dalam mengembangkan partai yang dipimpinnya (Masyumi). Bahkan ulama dan cendekiawan santun tersebut dicekal Soeharto. Meski begitu, Pak Natsir tetap membantu Soeharto memulihkan hubungan dengan Malaysia lewat suratnya kepada Perdana Menteri (PM) Malaysia, Tengku Abdurrahman.
Ketika pemerintah Soeharto menghadapi kesulitan mendapatkan modal dari Jepang, Pak Natsir menulis surat kepada sahabatnya, Takeo Fukuda, Perdana Menteri Jepang saat itu. Atas saran Pak Natsir, Fukuda bersedia membantu Indonesia. Dalam suratnya Fukuda menuliskan bahwa yang meyakinkan dia tentang masa depan Indonesia adalah Pak Natsir.
Jika para politikus Indonesia saat ini mencontoh Pak Natsir dalam berpolitik, sungguh keindahan politik Indonesia akan mendapat apresiasi yang luar biasa baik dari rakyat maupun orang asing. Indonesia akan penuh dengan kedamaian dan ketenteraman. Para petinggi negara tidak akan saling menyalahkan. Mereka saling menghormati, bersikap dewasa, tidak saling menjatuhkan dan menyalahkan.
Hal inilah yang juga akan mengantarkan bangsa Indonesia bisa mencapai salah satu cita-cita bangsa, yaitu persatuan Indonesia. Sebab, persatuan merupakan tuntutan utama untuk membangun bangsa. Tanpa persatuan, negara Indonesia akan guncang dan tak akan bisa mempertahankan eksistensinya. Bayangkan saja, Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, ras, etnis, budaya, pulau, bahkan agama. Kondisi ini kalau tidak didasari dengan rasa persatuan, Indonesia akan hancur terpecah belah.
Apalagi saat ini Indonesia mengalami banyak masalah, mulai masalah pendidikan, ekonomi, ekologi hingga masalah kekuasaan dengan Malaysia. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut diperlukan ketenangan dan kerja keras serta persatuan. Bagaimana bisa kalau para politikus kita terjebak dalam perbedaan politik (saling bermusuhan).
Oleh karena itu, di tengah kondisi politik Indonesia yang karut-marut ini, para politikus dituntut untuk lebih profesional. Artinya, kita boleh berbeda dalam partai atau politik, namun perkara tersebut jangan sampai dibawa ke ranah individu. Dalam arti yang lebih spesifik lagi, perbedaan politik jangan sampai menyebabkan perpecahan dan permusuhan antarindividu, khususnya bagi praktisi politik.
Tak dapat dimungkiri seandainya perbedaan dalam politik dibawa ke ranah individu, akan terjadi perpecahan yang nantinya akan membawa bangsa pada kebobrokan yang berkelanjutan serta kondisi politik yang terus-menerus menjadi momok yang dapat menghancurkan bangsa.
Sekarang, kalau kita melihat kampanye para capres dan cawapres, ini tentunya akan membuka peluang terjadinya gontok-gontokan antarpendukung masing-masing pasangan tersebut, atau bahkan antarcapres dan cawapres sendiri. Sebagai antisipasi agar tidak terjadi demikian, hendaknya melihat sejarah Natsir bagaimana dia berpolitik dan menghadapi perbedaan dalam politik. Jika politikus kita dan para pendukungnya seperti Pak Natsir, tak akan ada "pertengkaran" antarparpol. Artinya, permasalahan politik jangan sampai dibawa ke dalam urusan pribadi yang nantinya akan dapat memecah belah persatuan dan kesatuan Indonesia.***
Penulis adalah peneliti di Bestari Unmuh Malang, Jawa Timur
Minggu, 03 Mei 2009
MENETRALISIR PENDIDIKAN DARI POLITIK
Oleh: Muhammad Rajab*
Secara umum tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan bangsa. Baik dari segi moral maupun intelektualnya. Hal ini telah lama dirumuskan dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 yaitu, bahwa tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Melihat tujuan pendidikan tersebut sungguh pendidikan merupakan tindakan mulia yang pernah ada dalam kehidupan manusia. Dan apabila tujuan pendidikan sebagaimana yang telah dirumuskan oleh undang-undang tersebut ditempatkan dalam tatanan yang lebih luas maka bisa dikatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk memperbaiki peradaban manusia.
Daoed Joesoef mengatakan bahwa pendidikan merupakan alat yang menentukan sekali untuk mencapai kemajuan dalam segala bidang penghidupan, dalam meilih dan membina hidup yang baik yang sesuai dengan martabat manusia.
Dan hal itu telah dibuktikan oleh sejarah. Misalnya dalam perjalanan sejarah Arab pra-Islam terdapat suatu masa yang disebut dengan masa jahiliyah (zaman kebodohan). Yang pada saat itu nilai-nilai kemanusiaan sangat rendah sekali. Yang kaya memperbudak yang miskin, yang kuat menindas yang lemah, Kekerasan terjadi di mana-mana, perempuan tidak dihargai dan ditempatkan pada derajat yang sangat rendah. Bahkan dalam tradisi Arab sebelum datangnya Islam bayi perempuan yang lahir langsung dikubur hidup-hidup.
Dalam kondisi Arab yang demikian diutuslah seorang rasul yang bernama Muhammad untuk menyerukan kebenaran dan perdamaian di tengah-tengah masyarakat yang kondisinya morat-marit dan berperadaban rendah. Dalam hal ini Nabi melakukan dakwah yang mana pendidikan merupakan salah satu bagian dari padanya.
Bagaimana Nabi Muhammad mendidik setiap individu mulai dari keluarganya kemudian dilanjutkan kepada masyarakatnya. Yang kemudian bias mengantarkan mereka ke dalam manusia dan masyarkat yang berperadaban tinggi. Yaitu masyarakat yang cinta kedamaian serta menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas dan humanitas. Sehingga atas dasar itu Muhammad dicatat dalam urutan nomor satu oleh Michael H. Hart sebagai tokoh yang paling berpengaruh di dunia.
Namun realitas yang terjadi saat ini sungguh mengkhawatirkan. Tujuan mulia pendidikan sudah berbalik menjadi tujuan-tujuan politis yang sifatnya hanya sementara. Tujuan pendidikan tidak lagi seutuhnya ditujukan untuk memperkuat dan memperbaiki moral bangsa serta menciptakan manusia yang beriman.
Apalagi pada musim kampanye pemilu legislatif bulan April kemarin. Pendidikan menjadi alat permainan para politikus. Mulai dari janji-janji untuk menggratiskan pendidikan. Toh, sebenarnya menggratiskan pendidikan merupakan program pemerintah bukan untuk dikampanyekan.
Maka tidak salah apa yang dikatakan oleh William Godwin, bahwa menempatkan pendidikan di tangan agen-agen pemerintah akan membuka kesempatan bagi mereka untuk memanfaatkan pendidikan demi memperkuat kekuasaan mereka. Dia juga mengatakan dalam tulisannya Enquiry Concerning Political Justice and It's Influence on Moral and Happiness, pandangan-pandangan mereka sebagai para pelembaga pendidikan takkan jauh dari pandangan-pandangan dalam kapasitas politis mereka.
Tidak jauh berbeda dengan Godwin, Fransico Ferrer juga mengemukan sebuah gagasan, Pemerintah-pemerintah itu tahu, lebih tahu disbanding pihak-pihak lain, bahwa kekuasaan mereka sepenuhnya hampir didasarkan pada pendidikan. Artinya apa?. Bahwa ternyata pendidikan memang sangat sensitif untuk dijadikan sebagai sarana pengembangan politik atau kekuasaan.
Yang ditakutkan adalah pendidikan sekarang dijadikan sebagai alat strategis bagi politikus untuk mendukung partai politiknya. Jika hal ini terjadi kemungkinan besar pendidikan di Indonesia semakin hari akan mengalami dekadensi yang luar biasa utamanya dalam pembentukan moral bangsa.
Apalagi pendidikan di Indonesia saat ini sudah benar-benar berada dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Misalkan saja pada tahun 2003, mutu pendidikan Negara kita menurut penelitian Human Development Index (HDI), pendidikan Indonesia mencapai urutan ke-112 dari 175 negara. Kemudian sedikit naik pada tahun 2005 pada urutan ke-107 dari 177 negara.
Kondisi demikian tentu dapat membuka mata kita bersama untuk lebih meningkatkan kinerja kita dalam perbaikan pendidikan Indonesia ke depan. Tak mungkin kita tinggal diam dan terus berpangku tangan jika memnginginkan sebuah perubahan.
Oleh karena itu, perlu diadakan usaha-usaha perbaikan pendidikan, sebab pendidikan merupakan tampuk pengembangan kualitas bangsa Indonesia. Jika pendidikannya rusak maka bisa dipastikan peradaban juga akan ikut ambruk. Siapa yang mau berada dalam keterpurukan secara terus menerus?.
Sebagai langkah awal untuk memperbaiki keadaan demikian adalah netralisasi pendidikan dari tujuan-tujuan politis yang sifatnya hanya menguntungkan satu pihak saja. Tujuan utama pendidikan untuk mencerdaskan bangsa dan memperbaiki moral harus tetap dijunjung tinggi dan dijadikan sebagai arah dari perjuangan dan pengembangan pendidikan di Indonesia.
Jangan sampai kepentingan-kepentingan politik disuntikkan ke dalam pendidikan itu sendiri. Sebab hal ini akan menjadi racun yang dapat merusak dan mengkaburkan tujuan pendidikan yang sebenarnya. Salah dalam menentukan tujuan juga akan dapat berpengaruh terhadap langkah dalam perjalanan dan proses pendidikan tersebut.
*Penulis adalah,
Jurnalis Kampus BESTARI Unmuh Malang
Minggu, 19 April 2009
Upaya pencegahan cyber bullying
Oleh: arif sugianto [*]
Dewasa ini kehadiran era komunikasi dan globalisasi semakin canggih, kejadian apa pun yang terjadi di belahan bumi lain bisa disaksikan pada saat itu juga meskipun dengan ruang dan waktu yang berbeda. Maka wajar globalisasi teknologi , dan informasi komputer telah mempersempit wilayah dunia dan memperpendek jarak komunikasi, disamping memperpadat mobiliasasi orang dan barang. Hasrat untuk berkomunikasi , sharing informasi dan pengetahuan secara bebas mendorong masyarakat global menciptakan teknologi komunikasi yang berbentuk jaringan internet. Teknologi internet mampu memberikan manfaat dalam beberapa aspek dan mampu memukau sebagian penggunanya tapi disisi lain mengandung sejumlah ekses negatif baik dari kalangan dewasa hingga anak-anak.
Ekses negatif internet dewasa ini sudah memasuki ranah yang menakutkan terutama pada anak, karena anak-anak sering menjadi korban bisnis kotor yang amat marak di internet. Mereka dengan mudah menyaksikan situs-situs porno yang menyajikan seks-seks normal maupun abnormal, meskipun situs-situs tersebut konon telah diblokir tetapi kenyataanya sampai saat ini situs-situs tersebut masih bisa leluasa diakses. Dan lebih parah lagi kekerasan dunia maya (cyiber bullying) yang terjadi pada anak dilakukan oleh orang dewasa, seperti kasus yang terjadi waktu lalu yang sempat diberitakan koran tercinta ini Surya sabtu (21/3), yaitu seorang siswa dicabuli di dalam bilik warnet.
Melihat fenomena tersebut tentang aspek negatif tayangan internet, tentu kita terutama para orang tua sangat utopis dan pesimis terhadap kehadiran media ini. Tetapi kita juga harus bersikap optimis karena hal positif dari media internet dapat diperhitungkan eksistensinya, seperti: 1) menambah wawasan dalam berfikir, 2)menjadi sarana komunikasi yang sangat efektif dan efisien dengan dunia luar, 3) internet mampu meningkatkan kemampuan bahasa, karena internet bersifat global dan bahasa yang digunakan bermacam-macam mulai dari bahasa Inggris hingga bahasa daerah, dan 4)internet juga dapat dijadikan sarana pendidikan masa depan.
Maka mengingat dampak yang ditimbulkan dari internet baik itu positif maupun negatif sebagaimana yang diungkapkan oleh Dimitri Mahayana (1999:17) peran orang tua sangat penting dan harus bertindak secara arif bijaksana.
Jadi, dari paparan diatas walaupun kehadiran era komunikasi dan globalisasi semakin canggih, kita dan khususnya orang tua tidak perlu risau menyaksikan teknologi informasi masa apa pun yang berkembang di
*Penulis adalah,
Ketua Penagroup LITBANG FORSIFA
Rabu, 15 April 2009
"Ketika Cinta Hanya untuk menyakiti"
Belaian Emas Mentari Menghiasi Dunia
Di ufuk timur kala fajar
Mengundang hasrat tuk Membuka Mata
Melihat jiwa dan cinta yang sebenarnya
Cinta yang datang dari hati
Membuat kalbu nan melayang
Memikirkan satu makna
Makna "Cinta Hakiki"
Kalau cinta Hanya untuk menyakiti
Tak ada kata yang terungkap kecuali benci
Walaupun ucap berkata cinta
Semua itu fatamorgana Semata
Kepada Mahasiswa Indonesia
Mahasiswa Rubah Dunia
Ika Romika Mawaddati*
Beberapa calon mahasiswa sibuk mengikuti bimbingan belajar untuk tes seleksi penerimaan mahasiswa baru. Mereka berbondong-bondong menuju universitas pilihanya, untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Walaupun biaya masuk kuliah lebih mahal, tapi mereka tidak menyerah. Tetap semangat untuk bisa menunutut ilmu di universitas tersebut.
Semoga semangat mereka, benar-benar untuk menuntun ilmu, bukan hanya untuk, perubahan status menjadi mahasiswa. Betapa berat tanggung jawab yang harus dipikul oleh mahasiswa. Sering terjadi, semangat mahasiswa manjadi loyo setelah beberapa semester mereka belajar di universitas impian mereka, jarang diantara mereka yang ingat, betapa berat perjuangan ketika tes, pendaftaran dan perjuangan orang tua mencarikan biaya.
Mahasiswa hendaknya menyadari, di tangan merekalah perubahan bisa diwujudkan. Kalau sekarang kita lihat banyak terjadi krisis di negeri ini, merekalah yang nantinya mampu merubah keadaan menjadi lebih baik. Kita pasti ingat ketika presiden pertama Indonesia Sukarno berkata.“ Berikan aku sepuluh pemuda, aku akan rubah dunia dengan mereka”. Mengapa sukarno memilih pemuda? Bukan para pemimpin di waktu itu? Karena, pemuda memiliki keistimewaan dibanding lainya.
Mahasiswa mampu merubah dunia apabila rajin belajar, memiliki motivasi untuk menciptakan hal-hal baru demi kemudahan hidup manusia yaitu mahasiswa progresif yang berusaha menciptakan hal baru dan lebih baik dari sebelumnya.
Ketika pemuda memiliki prediket sebagai mahasiswa, hal tersebut merupakan kunci untuk merubah dunia. Sebab, sebagai mahasiswa bisa menggali ilmu sebanyak-banyaknya dari dosen yang memiliki ilmu sangat banyak. Menjadi mahasiswa memberi kesempatan mengikuti kegiatan-kegiatan kemahasiswaan, yang bermanfaant untuk membangun soft skiil bagi diri mahasiswa sendiri. Menjadi termotivasi untuk terus belajar. Sebab mau tidak mau akan mendapatkan tugas dari dosen, otomatis berusaha belajar untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Namun, apabila mahasiswa tidak menggunakan kesempatan sebaik-baiknya, maka tidak akan ada bedanya dengan mereka-mereka yang tidak kuliah. Semua fasilitas yang tersedia akan sia-sia belaka.
Mari kita rubah dunia menjadi lebih baik, dengan menjadi mahasiswa yang selalu belajar. Ingat mahasiswa adalah agent of change di tangan kalian urusan umat. Jika hari ini baik otomatis kalian mampu merubah keadaan menjadi lebih baik. Namun jika kalian hanya mejeng saja ke kampus, tidak ada gunanya menjadi mahasiswa.
Akhir kata, selamat para mahasiswa. Gunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Cari dan gali ilmu sebanyak-banyaknya. Seseorang akan mampu merubah menjadi lebih baik, jika memiliki kemampun yang lebih baik pula. Namun, jika tidak memiliki kemampuan, jangan harap mampu merubah sesuatu menjadi lebih baik. Setiap mahasiswa memiliki kesempatan, menjadi lebih baik, apabila memaksimalkan setiap kesempatan untuk terus belajar dan belajar. Selamat menjadi mahasiswa yang selalu semangat, demi merubah kehidupan umat yang lebih hebat.
*Aktivis Forum Studi Islam FAI UMM
Ayooo Nulis
Teman-teman serluruh mahasiswa FAI UMM yang dirahmati Allah SWT
Ayoo tuangkan ide cemerlang kalian di pena group
Sumbang ilmu untuk maju
Melalui karyamu
Tulisanmu, penamu...
Jangan tunda-tunda
Dunia menunggu..ilmu muu kawan
Perlu di Baca
Perang Melawan PHK
Oleh: Ika Romika Mawaddati
(Ativis Forum Study Islam FAI Unmuh Malang)
Ika85_romik@yahoo.com
Akhir-akhir ini, PHK ibarat hantu yang sering berkeliaran baik petang maupun siang. Tak perduli tua, muda, perempuan, laki-laki, semua dihantui. Lebih-lebih bagi para buruh, pegawai, karyawan dan sejenisnya. Itu sebabnya, banyak orang resah, menjalani kehidupanya. Belum melihat sosoknya sudah puyeng . Hanya sekedar mendengar bahwa kantornya atau pabriknya mau mengadakan pengikisan tenaga kerja , sudah gelisah dan stres. Apalagi bersetuhan langsung dengan makhluk yang namanya PHK, Sampai-sampai rela mempercepat menuju alam kubur sebelum waktunya, supaya tidak bertemu dengan makhluk ersebut.
Sebagai manusia yang jelas-jelas merupakan makhluk termulia, tentunya harus lebih pintar dari makhluk lainya. Dalam artian, bisa mempertahankan hidupnya bagaimanapun keadaanya. Jangan sampai karena PHK, melupakan sisi kemanusiaan, saling menghancurkan satu sama lain hanya demi mempertahankan hidup. Rela melakukan berbagai macam cara untuk bertahan hidup. Walaupun harus mencuri, marampok, menjabret ataupun korupsi yang jelas-jelas merugikan, tidak cuma hanya seorang, bahkan sampai seluruh waraga negara dirugikan gara-gara satu orang yang korupsi. Untuk mempertahankan supaya perut tetap kenyang. Kita harus yakin, pasti menang melawan PHK.
Untuk melawanya, kita perlu usaha. Tanpa usaha tidak mungkin mampu. Usaha yang terpenting adalah keyakinan dan kesungguhan sereta tidak putus asa. Sebab tiada usaha yang dihargai dan tiada prestasi yang dilupakan. Selain usaha, juga perlu senjata. Ibarat tentara berperang, tanpa senjata tidak mungkin menang. Kini saatnya manusia melawan hantu yang bernama PHK. Itu berarti, bukanya menghindari, tetapi harus berani menghadapi.
Senjata yang penulis tawarkan adalah totalitas. Totalitas atau usaha dengan sepenuh hati. Untuk mendapatkan senjata tersebut tidaklah sulit, hanya butuh satu tekad yaitu kesungguhan. Maksudnya, dalam setiap gerak langkah, harus dipenuhi dengan kesungguhan untuk menjalankanya. Satu contoh kecil, kesungguhan dalam menuntun ilmu.
Sekarang, zamannya sekolah. Tidak ada yang tidak sekolah. Namun, tidak semua yang total dalam sekolah. Hanya sekolah tetapi malas belajar. Sehingga tak jarang menemui sarjana, tapi tak bisa apa-apa. Padahal, dengan totalitas, belajar sungguh-sungguh pasti setelah lulus benar-benar menjadi sarjana dengan segudang ilmu dan kemampuan. Dengan kemampuan yang benar-benar mampu tersebut, tentu akan mampu mempertahankan hidup.
Buruh pabrik yang pintar. Jika di PHK, bisa berganti menjadi wiraswasta. Misalkan memasak yang benar-benar bisa memasak. Sehingga, lahirlah bos catering sukses. Karyawan pintar yang di PHK. Bisa menulis novel, atau sejenisnya. Tentunya mampu mempertahankan hidup dengan karyanya. Pegawai cerdas yang di PHK, dapat berdagang dengan keahliannya. Tentunya tetap makan menjadi pedagang sukses. Dan masih banyak cara lainya.
Dalam berperang selain senjata, tentunya juga perlu kesabaran, dan ketahanan, untuk meraih kemenangan Jangan lelah dan menyerah sebelum mencapai kemenangan. Kita harus yakin dengan keistimewan yang kita miliki sebagai manusia. Dengan totalitas, pasti mampu melawan PHK. Saatnya Berperang melawan hantu PHK.
Nama : Ika Romika Mawaddati
Pendidikan: Jurusan Tarbiyah Fakultas Agama Islam Unmuh Malang
Alamat : Sidonganti Kraton Kencong Jember
Aktif sebagai anggota Forum Studi IslamFakultas Agama Islam
Jumat, 10 April 2009
AGAMA DI TENGAH PLURALISME BUDAYA
Bahkan Azzyumardi Azrra menyebutkan, Apresiasi terakhir terhadap keberagaman Indonesia datang dari Roma dalam sebuah konferensi bertajuk Unity in Diversity: The Culture of co-Existence in Indonesia. Konferensi ini diselenggarakan oleh Komunitas Sant Egidio dan Kementerian Luar Negeri Italia pada 4 Maret 2009 dengan menghadirkan sejumlah pembicara, baik dari Indonesia maupun dari Italia sendiri, termasuk Menlu Italia Franco Frattini dan Menlu Indonesia Hasan Wirajuda.
Mentri Luar Negeri Franco Frattini dalam sambutannya memberikan sejumlah daftar tentang berbagai keutamaan Indonesia dalam percaturan internasional. Daftar itu kelihatan begitu lengkap karena mengungkapkan kiprah Indonesia yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir untuk menciptakan hubungan lebih baik di antara negara-negara pada tingkat regional dan internasional melalui dialog-dialog antaragama dan antarperadaban, upaya-upaya perdamaian, dan seterusnya.
Hal itu menjadi kebanggaan bagi kita selaku bangsa Indonesia. Walaupun demikian tidak seyogyanya bagi kita untuk berbangga diri dan terlena dengan pujian dan apresiasi yang diberikan Negara asing kepada kita. Akan tetapi, kita harus menjaga dan mempertahankannya serta terus menerus mengadakan peningkatan-peningkatan, khususnya dalam hal ketenangan dan persatuan bangsa.
Sekarang bagaimana kita memposisikan agama di tengah situasi bangsa yang multikultural ini?. Pertanyaan ini mungkin tidak asing bagi kita. Ini sudah sering diungkap oleh para tokoh. Namun, satu hal yang sangat disayangkan, terkadang antara satu golongan dengan golongan lain terjadi gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan konflik antarsesama.
Dalam Islam keberagaman manusia sudah diakui dalam Al-Quran. Allah SWT berfirman: "Hai manusia sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian". (QS. Al-Hujurat: 13)
Legitimasi Al-Quran atas keberagaman manusia tersebut memberikan indikasi bahwa seharusnya manusia tidak saling menghina dan menjelekkan antara satu suku dengan suku yang lain. Artinya bahwa seseorang tidak semestinya mengklaim bahwa dirinya adalah yang paling mulia yang didasarkan pada suku dan jenis keturunannya. Tidak ada yang membedakan antara keturunan priyai dengan keturan rakyat biasa kecuali kebajikannya. Demikian juga dengan keturunan konglomerat dan ketruanan orang miskin.
Pluralisme budaya yang ada di Indonesia ini merupakan ciri khas negeri ini yang sudah barang tentu harus ditolelir. Apalagi sistem kenegaraan yang dipakai di Indonesia adalah sistem demokrasi. Walaupun pada kenyataannya masih belum maksimal. Dengan demikian banyaknya budaya dan keberagaman dalam segala hal sudah menjadi keniscayaan.
Agama dalam hal ini memegang peranan penting dalam melestarikan dan menjaga hak-hak setiap warga Negara yang mempunyai budaya masing-masing. Artinya, bahwa agama apapun itu tidak bisa dilepas dari budaya yang muncul di tengah-tengah pemeluknya. Agama harus tetap mengontrol budaya-budaya yang muncul ditengah para pemeluknya.
Misalkan saja, budaya barat yang saat ini sedang gencar-gencarnya menyerang budaya timur. Hal ini harus tetap diwaspadai. Jangan sampai terjadi penetrasi budaya yang mengakibatkan ketidakjelasan dan kerancuan serta pengkaburanterhadap budaya lokal.
Untuk mengantisipasi itu, agama sebagai sebuah keyakinan yang mendarah daging dalam sanubari bangsa Indonesia harus tetap terus mengontrol setiap budaya asing yang masuk. Ini dimaksudkan untuk menjaga originilitas budaya internal agama itu sendiri. Sehingga tidak terjadi pencampuradukan antara budaya asing dengan budaya lokal.
Apalagi di era modern ini, yang mana budaya-budaya asing sudah dengan mudahnya menyelinap dan menggerogoti budaya local. Dan ini sudah banyak memakan korban. Seperti, budaya pakaian yang ada di tengah-tengah penduduk Indonesia, khususnya di kalangan remaja.
Hal ini sudah barang tentu akan mengikis budaya lokal dan akan memberikan dampak yang signifikan terhadap keagamaan seseorang. Sebab, apabila paradigma seseorang dibentuk oleh budaya asing (Barat), maka kekuatan religiusitas pada diri seseorang akan semakin tersingkirkan dan lebih mengutamakan nilai-nilai barat dari pada nilai-nilai agama.
Maka, kalau dalam Islam untuk membentengi diri, keluarga dan masyarakat supaya tidak terkena virus budaya luar (Barat) yang sudah menyebar di tengah-tengah negara Indonesia adalah dengan ruju' (kembali) kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Jadi, setiap ada permasalahan yang kaitannya dengan budaya harus disaring melalui pengkajian mendalam terhadap Al-Quran dan As-Sunnah.
*MUHAMMAD RAJAB,
Aktivis Forum Studi Islam FAI Unmuh Malang
Jumat, 27 Maret 2009
CARA NGIRIM ARTIKEL KE KORAN>>!


Cara Pengiriman Artikel
1. Lampirkan file artikel yang ingin anda kirimkan dalam attach atau lampiran di email Anda.
2. Tulis kalimat di bawah ini dalam kotak tulisan yang telah disediakan.
Kepada
Yth. Redaksi …………….
Di
Tempat
Bersama ini saya kirim artikel "opini" dengan judul "membebaskan Sarjana Pengangguran". Maka dari itu mohon pertimbangannya dalam media yang Anda asuh.
Sekian dan terima kasih.
MUHAMMAD RAJAB, dilahirkan di Sumenep…………………………………………
Alamat:
No. Hp:
Habis itu kirim aja….ok
Alamat Email
Surabaya Pagi : redaksi@surabayapagi.com
Koran Pendidikan : koran.pendidikan@gmail.com
Surabaya post : redaksi@surabayapost.info / redaksi@surabayapost.co.id
Duta Masyarakat : dumas@sby.centrin.net.id
Surya warteg : warteg@suryagroups.com
Malang Post : redaksi08@gmail.com
Media Indonesia forum : forum@mediaindonesia.com
Seputar Indonesia : redaksi@seputar-indonesia.com
Jumat, 20 Maret 2009
ASSALAMU 'ALAIKUM...!
Pena group kini membuka peluang nulis, khususnya bagi pra anggota
Goreskan ide kreativitas Anda dalam goresan pena-mu...
peleeeeeeeeessssssssssssssss...